Saturday, 9 April 2016

Resensi Film IJA

IRON JAWED ANGEL merupakan sebuah film mengenai hak emansipasi wanita dengan di latar belakangi kisah nyata dari pegiat perempuan yang berpartisipasi dalam dunia sosial dan politik yang di perani oleh Alice Paul (Hillary Swank) dan  Lucy Burn (Frances O'Connor).
Film ini diawali oleh pertemuan antara Alice Paul, Lucy Burns dengan Anna Howard Showel yang menjabat sebagai ketua Asosiasi Emansipasi Wanita Amerika Nasional (National American Woman Suffarace Assosiation / NAWSA). Alice dan Paul berkeinginan untuk mendapatkan dukungan NAWSA dalam mengamandemen UU mengenai hak pilih perempuan. Pada zaman tersebut, perempuan dianggap subordinat atau memiliki derajat yang paling rendah dari laki-laki. Negara Amerika menganggap bahwa perempuan tidak pantas untuk masuk di dunia politik. Perempuan pun tidak di beri hak politik pada zaman tersebut. untuk itulah Alice Paul dan teman-temannya mempejuangkan hak politik bagi perempuan dalam meyuarakan asprasi aspirasinya di dunia politik. 
Banyak rintangan dan halangan yang dihadapai Alice Paul dan teman-temannnya dalam menuntut hak akan perempuan. kegiatan Alice dan Lucy pertama adalah pawai untuk memproklamirkan hak atas kebebasan perempuan dalam dunia politik, yang menjadi perhatian media massa dan masyarakat tersebut.
Ada dialog yang menarik antara Alice dan Ben Weissman seorang wartawan Washington Post mengenai misi Alice dalam salah satu scene. Dialog adalah sebagai berikut,
Ben Weissman : “Menurutmu apa yang akan dilakukan wanita jika diberikan hak pilih? Mereformasi politik?”
Alice Paul            : “Karena moral kami lebih baik?Itu cuma cerita belaka. Saya tak punya bayangan tentang wanita. Mereka ada yang baik dan ada yang buruk, seperti pria juga. saya tak tahu apa yang mereka lakukan dengan hak pilih mereka dan aku tidak peduli.”
BW                     : “Pelarangan? Melegalkan program KB?”
AP                      : “Itu tidak penting. Bukan itu intinya”
BW                     : “Lalu apa?”
AP                      : “Karena kami warga yang sah. Kami ditarik pajak tanpa diberi pengacara. Tak berhak jadi juri, tak bisa diadili sesama wanita. Itu tidak berperasaan dan belum lagi melanggar konstitusi. Bukan kami yang membuat undang-undang, tapi kami harus patuh seperti anak.
Ketahui bahwa Amandemen Emansipasi Wanita hanya punya satu suara dalam Senat. Sekarang kami mempunyai Sembilan Negara bagian. Itu berarti empat juta pemilih, atinya 1/5 wakil rakyat, 1/6 Senat dan 1/7 hak suara dari Negara bagian yang mendukung gerakan emansipasi wanita.
apakah kalian tahu berapa banyak bisa mendapatkan hak suara tersebut? 
Dialog diatas memberitahu kepada kita bahwa ada anggapan (baca : ketakutan) terhadap perempuan apabila mereka diberi ruang untuk berubah dalam berpolitik maka yang terjadi adalah muncul tuntutan-tuntutan yang cenderung emosional. Tujuan yang ingin dicapai oleh Alice Paul yaitu pemberian hak politik kepada perempuan Amerika untuk ikut berpartisipasi dalam pemilu, terlepas apakah hak politik itu akan dipergunakan oleh perempuan untuk tujuan tertentu. Namun yang pasti adalah mereka harus mendapatkan hak tersebut karena mereka adalah warganegara yang mempunyai hak yang sama antara laki-laki dan perempuan.
Hak pilih yang dimiliki oleh seseorang akan memberikan akses untuk berpartisipasi dalam menentukan kebijakan pemerintah. Harus disadari bahwa suara yang diberikan pemilih, akan memunculkan seseorang yang berkuasa yang akan menentukan masa depan mereka. Alice dan Lucy melakukan perekrutan simpatisan untuk ikut bersama mereka melakukan aksi. Target mereka yang pertama adalah kelompok buruh perempuan. Pada awalnya kelompok perempuan resis terhadap mereka. Namun, kampanye Alice akhirnya menyadarkan mereka. Alice berkata,
Kaum Penguasa adalah pemilik suara, dan suara itulah hak pilih. (Jika kamu tidak mempunyai hak pilih maka) tidak ada yang akan mendengarkan kamu”
waktu dan tempat yang tepat untuk melakukan hal ini dipikirkan secara matang oleh Alice Paul untuk menarik perhatian media. Strategi yang pertama adalah pelaksanaan pawai yang bertepatan dengan pelantikan Presiden Woodrow Wilson. Dengan berpakaian ala Yunani, parade ini berhasil menarik massa lebih banyak dibandingkan dengan pelantikan Presiden AS sendiri. Strategi kedua yang digunakan oleh Alice Paul adalah dengan berdemo didepan Gedung Putih. Spanduk yang dipergunakan dalam berdemo adalah bertuliskan pidato-pidato yang dahulu pernah diucapkan oleh presiden-presiden AS sebelum masa Presiden Wilson dan bahkan kalimat pidato Presiden Wilson sendiri. Usaha ini berhasil menarik perhatian media dan masyarakat. Demo ini tidak bertentangan dengan hukum karena dilakukan secara damai dan spanduk berisi kalimat-kalimat dari penggalan pidato para pemimpin AS. Di satu sisi, aksi ini telah mengundang perhatian media dan pemberitaan terhadap aksi berpengaruh terhadap pencitraan AS di luar negeri, yaitu dimana AS adalah Negara yang mencitrakan dirinya sebagai Negara demokratis.  Tekanan rakyat menyebabkan Alice dapat keluar dari penjara dan mendorong Presdiden Wilson untuk berpidato mengenai hak perempuan di depan Kongres. Akhirnya Kongres menyepakati perubahan amandemen dalam konstitusi dan memberikan hak pilih bagi warganegara perempuan untuk memilih.

No comments:

Post a Comment