Judul
|
Kondisi
Homogenisasi Dan Prapeningkatan Skala Proses Mikroenkapsulasi Minyak Sawit
|
Jurnal
|
Teknik
Industri
|
Website
|
http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnaltin/article/view/11792
|
Volume
& Halaman
|
J
Tek Ind Pert. 25 (3): 248-259
|
Tahun
|
2014
|
Penulis
|
Tien
R Muchtadi, Alfia Nurul Ilma, Dase Hunaefi, Sri Yuliani
|
Reviewer
|
Andre
Dwi Putra/ 3ID06 (30415709)
|
Tanggal
Reviewer
|
6
November 2017
|
Tujuan
Penulisan
|
Tujuan
utama dalam penulisan atau penelitian ini adalah Minyak sawit memiliki
keunikan karena mengandung pigmen karotenoid sebesar 500-700 ppm. Karotenoid
sangat sensitif terhadap kondisi pengolahan seperti panas dan oksidasi.
Proses mikroenkapsulasi dilakukan dalam dua tahap, yaitu proses homogenisasi
untuk pembentukan emulsi dan pengeringan semprot untuk pembentukan
mikrokapsul dan melindungi komponen aktif. Proses homogenisasi olein
merupakan proses utama dalam pembentukan emulsi sebagai proses pendahuluan
sebelum pengeringan semprot. Proses ini dipengaruhi oleh kecepatan
homogenizer.
|
Pendahuluan
|
Minyak
sawit adalah salah satu komoditas hasil perkebunan Indonesia yang sangat
potensial. Secara global, posisi produksi minyak sawit Indonesia menempati
urutan pertama dan memasok hampir 50% kebutuhan minyak sawit dunia (Ermawati,
2013). Pemanfaatan minyak sawit di Indonesia sebagai produk hilir masih
sangat terbatas. Produk hilir kelapa sawit dimanfaatkan sebagai bioetanol,
biodiesel dan bahan bakar pembangkit. Produk turunan CPO dalam bahan pangan
digunakan sebagai miyak goreng, minyak salad, shortening, margarin, CBS,
serta emulsifier Minyak sawit memiliki
keunikan dibandingkan dengan minyak nabati lainnya karena mengandung pigmen
karotenoid yang sangat tinggi sekitar 500-700 ppm (Wiley dan Sons, 2013)
(setara dengan 60.000 IU aktivitas vitamin A per 100 g). Dewasa ini
permintaan produk pangan yang bernutrisi semakin meningkat dan berkembang. Mikroenkapsulasi
merupakan proses penyalutan lapisan baik terhadap partikel padatan yang kecil
atau droplet dari suatu cairan atau larutan. Dengan adanya proses penyalutan
ini, lapisan yang terbentuk dapat berperan menjadi impermeable physical
barrier, sehingga cairan yang ada didalamnya dapat terlindungi dan memudahkan
dalam proses penanganannya.
|
Metode
Penelitian
|
Bahan
dan Alat yang digunakan dalam penelitian ini.
Bahan
utama yang digunakan pada penelitian ini adalah minyak sawit kasar (Crude
Palm Oil/CPO) yang diperoleh dari PT. Salim Ivomas Pratama Jakarta. Bahan
pendukung yang digunakan maltodekstrin DE 10-15, gum arab, gelatin yang
diperoleh dari toko bahan kimia Setia Guna Bogor, Tween 80 dan aquades. Bahan
yang digunakan untuk analisis adalah heksana (p.a), methanol (p.a),
chloroform (p.a), kertas saring, kertas saring Whatman No. 42 dan gas
nitrogen teknis. Peralatan yang digunakan dalam proses pembuatan
mikroenkapsulat minyak sawit meliputi homogenizer ultra turax (model
SILVERSON L4R armfield), pengering semprot (BUCHI 190 Mini Spray Drier) dan
neraca analitik.
|
Pembahasan
|
Proses
pembuatan mikroenkapsulat minyak sawit dilakukan melalui dua tahap, yaitu
proses pembuatan emulsi dan proses pengeringan dengan pengering semprot. Pada
masing-masing tahap akan dilihat pengaruh dari faktor kondisi homogenisasi
dan peningkatan volume bahan terhadap karakteristik emulsi dan mikroenkapsulat
minyak sawit. Volume bahan yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 1
rancangan percobaan dengan
faktor lamanya waktu homogenisasi dan volume yang digunakan dapat dilihat
pada Tabel 2
serta
dimensi alat dan wadah yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3
Selanjutnya dilakukan analisis
karakteristik emulsi minyak sawit, analisis karakteristik mikroenkapsulat
minyak sawit, analsis kandungan dan retensi total karotenoid mikroenkapsulat
minyak sawit. Model persamaan kestabilan emulsi minyak sawit :
Kestabilan
emulsi (%) = 56,015 – 0,023V + 1,476t
+ 1,031x10-5V2 ………..(1)
Model
persamaan kadar karoten emulsi minyak sawit :
Kadar
karoten (ppm) = 103,945 + 0,033V – 4,840t – 1,245x10-5V2 …………(2)
Keterangan
: V = volume emulsi (mL) t = waktu homogenisasi (menit)
Model
persamaan 1 dan 2 dapat digunakan untuk mengetahui prediksi kestabilan emulsi
dan kadar
karotenoid
emulsi. Tingkat kestabilan emulsi memiliki hubungan negatif terhadap kadar
karotenoid, apabila tingkat kestabilan emulsi meningkat (tinggi), maka kadar
karotenoid cenderung menurun, begitupula sebaliknya.
Homogenisasi
adalah proses pengecilan ukuran partikel dari fase terdispersi sekaligus
mendistribusikan secara seragam ke dalam fase kontinyu. Karakteristik dari
suatu formula dan kondisi homogenisasi memiliki efek yang sangat besar
terhadap karakteristik produk akhir yang dihasilkan. Panas yang dihasilkan
dari kerja rotor-stator menyebar keseluruh bagian bahan
dalam
wadah secara konduksi dan konveksi. Dengan volume bahan yang lebih besar
perpindahan panas akan berjalan lebih lambat dan suhu tidak akan meningkat
dengan cepat. Hal ini dapat dilihat pada volume bahan 1800 mL, dimana
kenaikan suhu tidak meningkat secara signifikan, beriringan dengan lamanya
waktu homogenisasi yang dilakukan. Berbeda halnya ketika volume bahan yang
digunakan lebih kecil, suhu akan meningkat dengan signifikan ketika waktu
homogenisasi yang dilakukan lebih lama. Pada volume bahan 900 mL, semakin
lama waktu homogenisasi suhu akhir emulsi meningkat dari 40oC-70oC. Suhu akhir
homogenisasi diduga dapat mempengaruhi karakteristik mikroenkapsulat minyak
sawit yaitu kandungan total karotenoid. Kandungan total karotenoid akan
dibahas pada subbab selanjutnya. Kelarutan merupakan salah satu karakteristik
yang baik untuk menentukan kualitas dari suatu produk bubuk. Pada umumnya,
air digunakan sebagai media pelarut pada produk mikroenkapsulat minyak sawit.
Proses mikroenkapsulasi pada pembuatan mikroenkapsulat minyak sawit tidak
hanya terjadi ketika proses homogenisasi berlangsung tetapi ikut dipengaruhi
oleh proses pengeringan dengan pengering semprot. Minyak tidak tersalut
adalah minyak yang tidak terlindungi secara sempurna oleh matriks penyalut
atau hanya menempel pada dinding bagian luar penyalut. Minyak tidak tersalut
erat kaitannya dengan efisiensi proses penyalutan. Minyak tidak tersalut juga
dapat memediasi terjadinya reaksi oksidasi yang dapat menurunkan kandungan
karotenoid.
|
Kesimpulan
|
Kondisi
homogenisasi dan peningkatan volume bahan mempengaruhi kualitas dan
karakteristik emulsi dan mikroenkapsulat minyak sawit. Karakteristik emulsi
meliputi stabilitas dan kadar total karotenoid. Stabilitas emulsi meningkat
dengan meningkatnya waktu homogenisasi dan kadar karotenoid meningkat dengan
meningkatnya volume bahan. Peningkatan volume bahan dan lamanya waktu
homogenisasi tidak mempengaruhi karakteristik kadar air, aw dan kelarutan
dari mikroenkapsulat minyak sawit secara signifikan, tetapi mempengaruhi
kandungan minyak tidak tersalut dan efisiensi proses mikroenkapsulasi.
|
Kekuatan
Penelitian
|
Metode
yang digunakan sudah tepat dalam strategi pemasaran, serta tujuan dari
penelitian yang dibuat penulis mudah dipahami.
|
Kelemahan
Penelitian
|
Dari
metode yang dipakai dalam penelitian ini penulis, perhitungan dalam metode
ini sangat sulit untuk dipahami jika hanya mengacu padaa rumus teori tidak
ada perhitungan langsung.
|
https://www.slideshare.net/secret/1m9OqtbdRA5epr
No comments:
Post a Comment